Followers

Sunday, October 16, 2011

Sang Penari : Movie

Director : Ifa Isfansyah
Screenplay : Salman Aristo, Ifa Isfansyah, Shanty Harmayn
Produser : KG Production, Indika, Salto Films, Les Petites Lumieres
Starring : Pia Nasution, Oka Antara, Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Landung Simatupang, Tio Pakusadewo, Happy Salma, Lukman Sardi, Hendro Djarot

Bercerita tentang kehidupan Srintil (Pia Nasution) dan Rasus (Oka Antara) di desa mereka yang kecil bernama Dukuh Paruk. 
Pembukaan awal dalam film ini dimulai dengan anak kecil yang ikut melihat pertunjukan tari ronggeng di kampunya. Kedua anak itu adalah Srintil dan Rasus. Srintil ternyata sangat menyukai dunia menari ini dan begitu terpukau dengan si nyai ronggeng kampung mereka tersebut. Suatu ketika, Ronggeng atau biasa dipanggil dengan Jeng Nganten desa mereka meninggal karena keracunan bongkrek yang dibuat oleh ayah Srintil. Satu kampung mengepung dan menyalahkan ayah Srintil, sampai akhirnya Ayah dan ibunya ikut meninggal karena memakan bongkrek yang ia bikin terse but. Dukuh parut pun menjadi semakin melarat, sampai suatu hari Srintil di yakini mendapatkan roh Ronggeng. Dukuh paruk yang sempat kehilangan Ronggengnya pun kini mulai menari lagi. Sayangnya, Rasus, tidak menyukai ketika Srintil memilih untuk menjadi Ronggeng. Alasan Rasus sederhana. Rasus gak pengen ngeliat Srintil nantinya seperti pohon kelapa, 'dipanjat' sana-sini oleh siapa saja. 
Menjadi seorang Ronggeng ternyata tak hanya semudah yang dipikirkan diawal. Tak hanya sekedar meliuk bersama tabuhan gendang. Srintil juga harus menjalani yang namanya 'buka kelambu'. Buka kelambu dimana Srintil harus melepaskan keperawanannya untuk murni menjadi seorang Ronggeng. Sedangkan Rasus, merasa kini dirinya telah berbeda dunia dengan Srintil, akhirnya memilih pergi ke markas untuk menjadi seorang tentara. Meskipun demikian, cinta Rasus dan Srintil tidak begitu saja hilang. Cinta Srintil yang begitu besar ke Rasus pun membuatnya menyalahi kodratnya sebagai seorang Ronggeng. Ia tak mau menari dan melayani masyarakat lagi. 
Cerita pun terus bergulir hingga masalah negara pada saat itu, atau kita kenal dengan G30S PKI. Dukuh Paruk yang masyarakatnya sangat keterbelakang dan buta aksara pun terkena imbasnya karena dijadikan sasaran partai pemuda waktu itu sebagai alat propaganda. satu kampung pun ikut diringkus tentara dan di penjarakan, begitu pula dengan Srintil. Rasus yang saat itu menjadi tentara menjadi dilema. Apakah dia harus terus mengabdi kepada negara atau pergi untuk Srintil. Dan ketika dia memutuskan untuk menolong Srintil, Srintil telah dibawa oleh pasukan tentara lainnya bersama penduduk lainnya.


Menurut saya, film ini merupakan salah satu film bagus di Indonesia dan bersyukur sekali bisa nonton Premierenya tadi pagi. gratis pula. :p Film ini mengisahkan tentang kehidupan pada tahun 1960an dan dalam produksinya, saya rasa para kru mampu memberikan kesan dimana tahun itu berlangsung. Meskipun saya belum baca novelnya, satu pun, karena tenyata novelnya trilogi. Saya mampu menikmati jalan ceritanya. Dan tadi salah satu orang dalam diskusi juga sempat mengatakan bahwa dia lebih senang dengan hasil film ini ketimbang novelnya. Disamping itu, melalui film ini kita juga bisa melihat bagaimana kehidupan zaman dulu, zaman kita belum dibuat (bagi saya). Dimana ternyata rakyat kita yang dulu tidak tahu apa-apa ikut imbas dari keegoisan zaman itu. Dimana masyarakat kita dikumpulkan dalam satu ruang. dicampur. dibentak. bahkan ada yang dibunuh. Keselurahannya sih saya melihat film ini menyampurkan banyak aspek di dalamnya, budaya, sejarah, cinta, di gabungkan menjadi satu. Sekali lagi saya bilang, film ini merupakan salah satu film baik indonesia. Jadi menontonlah film ini. Dan, ngomong-ngomong oka antara ganteng juga ya dilihat aslinya :p hahahhah

No comments:

Post a Comment