Followers

Saturday, February 5, 2011

EARTHLINGS

Directed by Shaun Monson
Narrated by Joaquin Phoenix
Music by Moby
Distributed by Nation Earth
Release : 2005
Running time : 95 minutes



Nature. Animals. and Humhankind. 
we are all earthlings. Make the connection




Barusan saja saya menonton film ini, tadi siang tepatnya. Film dokumenter yang menceritakan bagaimana hewan 'diperlakukan'. Film ini dibuat sepertinya untuk mengajak orang-orang menjadi vegetarian. Ya, emang kayaknya begitu sih. ehehe.
Pada film ini, seperti saya bilang, menceritakan mengenai bagaimana hewan "diperlakukan" oleh manusia. Bagaimana manusia yang mengklaim dirinya sendiri sebagi spesies tertinggi dibumi yang memiliki martabat yang tinggi, kesempurnaan, kerendahan hati, perasaan dapat memperlakukan satwa-satwa yang sebenernya menjadi makhluk pendamping juga dalam kehidupan kita sebagai manusia. Film ini sendiri lebih memperlihatkan bagaimana kita, manusia, memperlakukan mereka dengan kejam dan bagaimana mereka merasakan sakit dari apa yang telah manusia lakukan kepada mereka. Perlakuakan-perlakuan tersebut dibagi menjadi lima bagian, yaitu hewan sebagai binatang peliharaan, makanan, baju, hiburan dan untuk penelitian.

1. Peliharaan
kamu tau berapa beruntungnya hewan-hewan yang akhirnya jatuh ketanganmu jika kamu merawatnya dengan penuh kasih sayang? Dan kamu tau ada berapa binatang yang berharap untuk segera di adopsi?
Di film ini, bukan memperlihatkan bagaimana perlakuan kita terhadap binatang yang kita perlihara tapi lebih dimana ketika binatang itu belum sampai di tangan kita. Apa kamu tahu kalau kebanyakan hewan-hewan yang kita pelihara ini berasal dari peternakan hewan-hewan yang belum tentu memenuhi standar. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana hewan-hewan tersebut dikembangbiakkan dan kemudian ditumpuk dalam kandang-kandang sempit. Memang bisa dibilang banyak orang yang membutuhkan hewan peliharaan untuk menemani hari-harinya, sehingga bisnis ternak hewan peliharaan ini seperti lahan yang bagus. Mungkin di Indonesia, kalau kita lihat di tipi-tipi, gak se-mengenaskan seperti yang saya lihat di film ini *syukurlah*. tapi tahukah kalian kalau terkadang banyak orang yang menjalankan bisnis ini hanya menjadikan hewan betina sebagai mesin penghasil uang yang hanya disuruh kawin, hamil dan melahirkan? 
Disamping itu, pada film ini, diceritakan juga bagaimana hewan-hewan liar yang selanjutnya diambil oleh para penangkap-penangkap anjing (kayak di tipi-tipi itu). Mungkin bagi sebagian anjing atau kucing yang tertangkap akan merasa beruntung jika dari penampungan ada yang mau mengadopsi mereka. tapi jika tidak? penumpukan pada penampungan tersebut justru malah membuat para hewan tersebut dibunuh secara paksa dengan berbagai cara. Ada yang dimasukkan kedalam kotak gas atau disuntik mati, bahkan ada yang mati dengan sendirinya.

2. Makanan
Ada yang perlu ditanyakan tentang ini? Pasti kita udah tahu kan, kalo hampir kali kita makan, setiap suapan nasi yang masuk kedalam mulut kita bercampur dengan lauk-lauk daging yang kita masak atau kita beli diwarung. Di film ini diperlihatkan bagaimana proses hewan-hewan tersebut menjadi seonggok daging yang akhirnya siap untuk kita olah dan di telan dan akhirnya menyatu dalam daging kita. Disini juga diperlihatkan bagaimana cara manusia memperlakukan hewan dengan 'sangat luar biasa'. Bagaimana mereka diternak terus dan terus agar mendapatkan keuntungan bagi si peternak yang kemudian akan dibunuh satu persatu dan di jual kepada para penjual daging. 
Sadisnya, cara mereka dalam melakukan hal ini begitu kejam. Bayangkan saja dari mulai peternakannya saja, hewan-hewan ini ditempatkan pada kotak sempit yang bahkan gak member ruang gerak bagi hewan-hewan tersebut. Gak jarang juga banyak hewan yang pada akhirnya menjadi lumpuh dan luka-luka akibat terinjak-injak di dalam kandang, bahkan ada yang sampai mati. Ditambah lagi ketika, kita, para manusia mulai mengantarkan mereka pada ajal mereka masing-masing dengan cara yang ‘sungguh sangat luar biasa’. Pada film ini diperlihatkan beberapa cara manusia ketika ‘membuat daging hidup menjadi daging siap edar’ ada yang dengan menyembelihnya, ada yang dengan di tembak satu persatu sampai mati, ada yang dibacok entah itu kena atau tidak sehingga harus dibacok berkali-kali sampe mati, ada yang di injek-injek kepalanya sampe mati, ada yang hidup-hidup di cabutin bulunya, ada yang melalui alat (entah alat apa itu, digiling-giling gitu pokoknya), ada yang disetrum, dan lain-lain.
Disamping itu ada juga cerita mengenai nasib susu perah. Tidak seperti disini, Indonesia, dimana saya melihat ada beberapa peternak sapi perah yang menjaga sapi-sapi mereka dengan baik, mereka memandikannya, memberi makanan, memberi nutrisi pada hewan-hewannya. Di film ini, kehidupan sapi perah sangat kasian. Mereka tidak hentinya diperah. Menggunakan alat yang akan terus menyedot susunya untuk kita konsumsi. Yang pada akhirnya tak jarang membuat sapi-sapi itu ambruk karena kelelahan, bahkan mati ketika baru berproduksi 4 tahun padahal mereka bisa berproduksi hampir 20tahun. 
Kembali lagi kemasalah penyembelihan ya, mungkin ada yang bilang tentang "Prosedur Halal". Iya memang, dalam hal ini saya juga tahu. Dalam agama saya, saya juga diajarkan mengenai bagaimana menyembelih hewan agar daging tersebut tetap halal untuk dikonsumsi. Tapi yang jadi masalah bagi saya adalah prosesnya. Saya bukan bermaksud ingin mengkritik agama dengan ketentuannya, tapi bagaimana perasaan kesakitan hewan-hewan tesebut ketuka proses penyembelihan tersebut berlangsung, mungkin itu yang dimaksud dengan ‘gunakan pisau yang tajam agar tidak terlalu lama sakitnya’, supaya hewan yang disembelih pisau tersebut langsung menembus syarafnya hingga tak terlalu lama menahan sakit. Di dalam ajaran agama saya juga dianjurkan untuk menyembelih hewan setiap tahunnya dan saya maklumi itu karena saya tak punya hak untuk menentang ajaran agama saya, karena saya percaya agama saya. :) hanya saja saya gak tegaan :(

3. Pakaian
Wool? Kulit? Sesuatu yang menutupi diri kita kini tak jarang berasal dari makhluk hidup lain. Di film ini perlihatkan gimana sapi india yang banyak digunakan kulitnya untuk pakaian diperlakukan. Mereka, para pengembala sapi ini, semacam membuat sapi-sapi ini kelelahan tanpa makan dan minuman. Keadaan sapi-sapi ini kasian sekali. Gak jarang sapi-sapi tersebut pada akhirnya lumpuh gak bisa berdiri karena kelelahan. Kemudian, setelah mereka mencapai kelelahan yang sangat lelah, buntut mereka akan dipatahkan. Entah untuk apa. 

4. Hiburan
Untuk bagian ini lebih mengarah kepada hewan-hewan sirkus dan yang berada di kebun binatang. Gimana hewan-hewan tersebut dilatih. Mungkin ketika di sudah memasukki lapangan sirkus hewan-hewan tersebut terlihat begitu pintar dan pelatihnya terlihat sangat keren sekali. Tapi tahu kah kalian kalau selama pelatihan tak jarang mereka mendapat perlakuan yang kejam. Di film ini dinyatakan bahwa kalau para hewan-hewan ini cenderung mengikuti apa kata pelatihnya hanya karena mereka terlalu takut untuk dihukum. 

5. Penelitian
Pada film ini diperlihatkan bagaimana para ilmuan-ilmuan menjadikan binatang-binatang tersebut sebagai uji coba akan hasil penelitian mereka. Bagaimana ada seekor monyet yang badannya dipatah-patahkan sebagai simulasi kecelakaan. Ada kucing yang diberi suntikkan obat untuk mengetahui hasil kerja obat tersebut. Dimana pada akhirnya hewan-hewan tersbut mengalami gangguan psikologis dan cacat fisik. 


Buat yang mau nonton trailernya dan merasakan bagaimana perasaan si satwa-satwa tersebut



atau buat kalian yang mau nonton secara keseluruhan dan merasakan betapa sakitnya mereka di siksa.




Well, cukup bercucur air mata saat menonton film ini. Sedih. Gak tega. Apalagi saat melihat pembantaian akan hewan-hewan tersebut. Dan saya berfikir untuk menjadi seorang vegetarian. Memang tidak mudah sepertinya harus meninggalkan kelezatan daging-daging tersebut, tapi jika dibayangkan mengenai nasib para hewan tersebut yaa demikianlah. Berapa banyak darah yang akan ditumpahkan jika setiap hari didunia ini setidaknya memakan seonggok daging? Berapa banyak hewan yang akan mati setiap harinya? Berapa rasa sakit yang akan hadir disetiap harinya? Bukankah hewan juga memiliki rasa sakit ketika nyawanya dicabut? Apalagi dengan paksaan. Bukankah mereka juga memiliki hak untuk memiliki kehidupan? Bukankan mereka juga bisa merasakan takut? Bukankah kita sama-sama bisa merasakan sesuatu? Kita dan hewan. 
Mungkin saya juga tidak akan benar-benar seutuhnya menjadi seorang vegetarian. Mungkin saya juga tidak akan sepenuhnya meninggalkan daging-dagingan. Terlebih lagi untuk meninggalkan yang namanya susu. Ehehe.. Tapi mungkin saya akan lebih banyak menguraginya sedikit-demi sedikit. Setidaknya saya mencoba mengurangi adanya satu nyawa yang akan hilang. Semoga bisa bertahan lama, toh menjadi vegan sehat kok.. :)

2 comments: