Film Ghibli keenam yang bakal di
tulis kali ini adalah Pom Poko. Awalnya saya menonton film ini pikiran pertama
saya adalah film ini merupakan film kartun yang sangat cocok bagi anak-anak.
Tapi setelah saya melihat ‘senjata’ yang digunakan para tokoh utama untuk
berperang, saya jadi memusnahkan pikiran saya tentang film kartun untuk anak-anak.
Jadi, film ini bercerita mengenai
perseteruan diantara rakun dan manusia. Perseteruan itu terjadi karena adanya
proyek pembangunan kota baru oleh manusia yang dengan arti lain menggusur
tempat tinggal rakun. Rakun-rakun yang tadinya tinggal di hutan yang akan
dijadikan proyek pembangunan itu mulai mencari cara untuk menghalang proyek itu
terus berlanjut. Mereka melakukan rapat besar untuk mencari cara bagaimana
caranya supaya proyek itu bisa dihentikan. Para tetua rakun akhirnya mengatakan
bahwa salah satu cara dengan berlatih merubah diri atau bertranformasi. Sambil
berlatih melakukan transformasi, dua orang rakun diutus untuk mencari para suhu
yang sudah sangat jago berubah bentuk. Selama menunggu kedua rakun, para rakun
yang masih tinggal di hutan tersebut belajar merubah diri menjadi manusia,
patung, hantu dan sebagainya.
Setelah melakukan latihan yang
cukup akhirnya mereka terjun kelapangan untuk mempraktekan ilmu mereka. Mereka
melakukan berbagai cara untuk mencelakai para pekerja bangunan dengan
berpura-pura menjadi jalan dan menutupi jurang, berubah menjadi pohon yang
tumbang dan sebagianya. Karena mereka
merasa cukup berhasil dengan melakukan cara terakhir itu, seekor rakun bernama
Gonta awalnya berencana untuk menghabis
semua manusia yang ada dibumi ini. Namun hal itu tidak jadi karena ada beberapa
hal dari manusia yang rakun lainnya suka, salah satuya adalah makanan-makanan
yang dibuat oleh manusia. Meskipun demikian, Gonta tepat bersikukuh untuk
menghacurkan semua manusia. Sayangnya, rencana itu harus dipendamnya karena
Gonta keburu keinjek-injek oleh rakun-rakun lainnya yang tertarik akan berita
acara yang berhubungan dengan rencana yang mereka pikir akan menghentikan
proyek pembangunan itu ternyata hanya mengalami penundaan. Hal itu menjadikan
para rakun kecewa karena merasa perjuangan yang mereka lakukan tidak ada
artinya. Beberapa saat kemudian, ada sebuah berita di televise yang mengatakan
bahwa kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kutukan dewa-dewa penjaga gunung
tersebut. Dari situ rakun-rakun berfikir untuk merubah dirinya menjadi
patung-patung dewa di sepanjang jalan menuju gunung agar tidak terjadi
pembangunan di gunung tersebut. Lalu mereka menjadikan cerita tahayul yang
beredar di masyarakat menjadi kenyataan mereka berubah menjadi hantu-hantu.
Mereka menakut-nakuti manusia dengan berbagai cara dan bentuk. Dan mereka pun
mendapat kesenangan dari menakuti-nakuti manusia.
Singkatnya kemudian telah datang
kembalilah rakun yang ditugaskan mencari para guru tersebut. Tiga para guru
perubah bentuk telah datang. Para rakun kemudian diajari berbagai macam
perubahan bentuk. Suatu hari, mereka memutuskan untuk melalakukan semacam
festival hantu. Festival itu awalnya ditujukan untuk menakut-nakuti para
manusia. Hanya saja manusia justru terhibur dengan adanya pertunjukan itu.
Mereka menganggap hal tersebut merupakan sebuah pertunjukan luar biasa.
Pertunjukan itu berakhir ketika salah satu guru meninggal karena kehabisan
tenaga untuk melakukan festival tersebut. Para rakun pun berkabung dan mereka
menjadi sedih dan juga marah ketika melihat berita salah seorang direktur taman
bermain yang melakukan festival tersebut.
Disamping kejadian itu, ada
seorang musang yang mendegar juga mengenai hal tersebut yang kemudian
menghampiri kawanan rakun.Musang itu kemudian bertemu dengan seekor rakun. Oya,
musang ini juga bisa berubah wujud menjadi manusia seperti layaknya rakun juga.
Si Musang kemudian mengatakan kepada rakun untuk menyerah dengan keadaan. Mencoba
memanfaatkan keahlian mereka yang dapat berubah wujud dan mencari pekerjaan
sebagai manusia. si Rakun awalnya ragu karena masih banyak dari mereka yang belum
bisa melakukan transformasi, namun kemudian ia berfikir bahwa cara itu mungkin
akan berhasil. Akan tetapi pertemuan untuk membahas hal ini menjadi kacau dan
para rakun pun akhirnya terpecah belah. Sebelumnya mereka berencana untuk
mengakui keberadaan mereka dengan mengundang awak media dan sang suhu sudah
mengirimkan surat kepada salah satu stasiun televise untuk diwawancari.
Di tengah-tengah kehancuran
kelompok rakun tersebut, Gonta mengumpulkan beberapa rakun lainnya untuk
melakukan pertempuran. Mereka kembali menakut-nakuti manusia, menjadi perangkap
binatang, dan sebagainya. Sampai suatu saat ketika puncaknya terjadi, mereka
memutuskan untuk melakukan peperangan dengan para manusia dalam wujud mereka.
Di akhir cerita para rakun kalah dan akhirnya memutuskan untuk menjadi manusia
agar tetap bisa bertahan hidup.
Film ini bener-bener mengangkat
isu yang sedang in, tentang manusia yang terus menerus melakukan pembangunan,
menghancurkan hutan untuk memperluas lahan, ekosistem yang menjadi tidak
seimbang, hewan-hewan yang semakin kehilangan tempat tinggalnya. Dimana pada
akhir cerita pun diceritakan bahwa tetap manusialah yang menang, hewan-hewan,
termasuk rakun, yang akan kalah dalam pertempuran ini. Meskipun di kemas dengan
sangat lucu, mulai dari pengambaran rakunnya sendiri yang dibuat imut sampai
tingkah laku rakun yang terkadang menggelikan, film ini tetap mampu menyentil
kita dengan ceritanya.
Hanya saja yang saya herankan dan
sudah sedikit saya bicarakan diawal yaitu mengenai ‘persenjataan’ mereka.
Kenapa senjata mereka harus ‘bola’ milik para rakun jantan. Ya, memang sih ya
mereka bisa berubah bentuk, tapi apa perlu ‘bola’ mereka ikut berubah bentuk
menjadi karpet, terjun payung, jembatan, bahkan sampai batu-batu besar yang
menjatuhi para polisi. Hmm..
aq nonton film ini ma anak aku masih kecil-kecil..pas nanya soal senjata para rakun ini..hmmn serbasalah..wkwkkww..tapi emang iya bener..menghibur..lucu tapi masih ada pesan moral yang cukup dalam..intinya bagaimana manusia dapat berbagi dan hidup harmoni dengan alam sekitarnya...2 thumbs!
ReplyDelete